Psikologi
adalah ilmu yang mempelajari hubungan antara jiwa dan inti dari manusia serta
dengan beberapa aspek di lingkungannya. perilaku ini ada yang bersumber dari
dalam maupun dari luar manusia itu sendiri. Selain psikologi secara umum.
Psikologi juga dapat diimplementasikan dalam dunia olahraga, dan para ahli
menyebutnya dengan psikologi olahraga. Psikologi olahraga itu sendiri adalah sebuah
bidang kajian yang menerapkan prinsip-prinsip psikologi dalam setting olahraga,
baik penampilan individual maupun tim, ditandai oleh sejumlah interaksi dengan
individu lain dan situasi-situasi eksternal yang menstimulasinya. (Singer,
1980; Sudibyo, 1989).
Walaupun ada
ilmu yang mempelajari psikologi dalam dunia olahraga namun para atlet, terapis,
dan psikolog yang masih aktif masih merasa terbebani dengan beberapa gagasan
psikologi yang tidak akurat, karena gagasan-gagasan tersebut masih merupakan
opini yang belum terbukti, hingga akhirnya para atlet, psikolog, dan masyarakat
pada umumnya menggunakan gagasan lain yang mereka anggap sesuai dengan
permasalahan yang mereka hadapi, walaupun mungkin terkadang anggapan yang
mereka anggap benar tersebut tidak selalu benar karena mereka hanya menggunakan
asumsi yang hanya benar dimata mereka dan bahkan mereka hanya menggunakan satu
teori saja tanpa membandingkan dengan teori lain.
Salah satu
kesalahpahaman dalam psikologi olahraga adalah mengenai usaha untuk mengurangi
kecemasan. Dan beberapa kesalahpaaman lain adalah sangat penting untuk
membayangkan kinerja yang sempurna, psikologi olahraga perlu periode terapi
yang panjang, perbaikan melalui terapi melibatkan pengungkapan masalah
psikologi yang terpisah namun berkaitan dengan olahraga yang dihadapi, protokol
sederhana dapat mengatasi masalah khusus, serta usaha dalam terapi merupakan
hal yang sangat membosankan.
Psikologi
olahraga sebetulnya sangat penting untuk pengembangan karir para atlet, baik
yang masih pemula maupun yang sudah profesional, agar para atlet ini mampu
mengembangkan potensi yang ada dalam dirinya secara maksimal tanpa ada hambatan
dari aspek kepribadian. Sudah jelas bahwa psikologi mempunyai peranan yang
cukup besar dalam meningkatkan prestasi atlet, misalnya seperti psikologi dapat
membantu atlet berfikir positif sehingga para atlet mampu memotivasi dirinya
sendiri, psikologi juga mampu mengurangi kecemasan sebelum bertanding selain
itu psikologi olahraga juga mampu meningkatkan kemampuan atlet untuk mengontrol
emosinya. Selain untuk atlet psikologi juga penting untuk memdampingi sang
pelatih agar pelatih itu dapat memberikan program yang sesuai dengan
kepribadian dan kondisi mental para atlet. Namun sayang sekali saat ini ada
beberapa kesalahpahaman mengenai psikologi olahraga yang mungkin itu cukup
mempengaruhi para psikolog dan para ahli dalam menentukan pegangan teori yang
digunakan. Kesalahpahaman itu antara lain, yaitu:
A. Mengurangi Kecemasan
Kesalahpahaman
ini paling menonjol diantara lainnya yaitu tentang psikologi olahraga hipnosis
dan psikologi olahraga pada umumnya, ini mengenai upaya untuk mengurangi
kecemasan. Namun, para atlet tidak ingin atau tidak perlu mengalami relaksasi
yang dalam sebelum atau selama kinerja atletik mereka. Kebanyakan atlet
menghargai pengalaman saat mereka bersemangat, siap mental, dan siap untuk
bertanding. Bahkan terlalu sering, penekanan berlebihan pada relaksasi justru
menyebabkan atlet keletihan. Banyak, bahkan sebagian besar, atlet lebih
tertarik untuk belajar menyalurkan dan mengatasi kecemasan atau lebih baik lagi
mencapai prestasi yang lebih baik walaupun kondisinya seperti itu.
B. Bayangan Akan Kinerja yang
Sempurna
Kesalahpahaman
kedua yang menonjol tentang hipnosis dibidang psikologi olahraga adalah bahwa
sangat penting untuk membayangkan kinerja yang sempurna. Walaupun strategi ini
bermanfaat bagi beberapa atlet, dalam beberapa situasi, terlalu mengandalkan
metode tunggal ini berarti menggadaikan keseluruhan upaya psikologi olahraga
hypnosis, selain itu, bayangan akan kinerja yang sempurnaini kebanyakan dicapai
melalui teknik relaksasi, latihan pernafasan, dan visualisasi. Metode-metode
ini mencakup “hypnosis lite”
sedangkan induksi hypnosis memungkinkan pengalaman yang lebih menyerupai
realitas sesungguhnya. Lagipula, kebanyakan atlet memetik manfaat bukan pada
saat membayangkan skenario terbaik, namun dengan merasakan kondisi mental atau
proses atau strategi, yang memungkinkan mereka mengatasi hambatan pribadi dan
tim yang muncul setiap waktu.
C. Periode Terapi Panjang
Kesalahpahaman
selanjutnya adalah bahwa psikologi olahraga perlu periode terapi
yang panjang. Kemungkinan hal ini ditentang oleh praktisi psikoanalitis dan
psikodinamis pada awalnya. Terapis psikoanalisa berorientasi bahwa setiap
masalah, baik berukuran kecil, menengah, maupun besar, menuntut periode terapi
yang panjang. Sekarang ini, dengan adanya pemahaman psikoterapi dari Erickson,
masalah-masalah kecil dan besar dapat diperbaiki dlam waktu yang relatif
singkat. Dalam sejumlah kasus, atlet yang memiliki motivasi dengan sumber
psikologis yang beralasan, terapi dapat dilakukan dalam sesi tuggal, terutama
jika terapis cukup cerdik dan langsung menuju ke dalam persoalan melalui
intervensinya.
D. Keterlibatan Pengungkapan
Masalah Psikologis
Kesalahpahaman
berikutnya adalah bahwa perbaikan melalui terapi melibatkan pengungkapan
masalah psikologis terdalam yang terpisah, namun jelas berkaitan dengan masalah
kinerja atau olahraga yang sedang dihadapi. Pada kenyataannya, kasus seperti
ini jarang terjadi. Masalah olahraga dapat dan sering berkaitan dengan banyak
faktor lain, termasuk pelatihan yang buruk, pengalaman trauma yang berkaitan
dengan olahraga, kebiasaan yang menguasai, dan kurangnya peluang untuk
mendekatkan diri sendiri dan olahraga yang digelutinya pada kerangka atau
pendirian mental yang optimal. Untungnya, semua faktor ini dapat diatasi dengan
terapi hipnosis singkat Erickson.
E. Protokol Standar dapat Mengatasi
Berbagai Masalah
Kemudian
kesalahpahaman lain adalah bahwa protokol standar dapat mengatasi masalah
khusus, siapapun penderitanya. Hal ini membuat para praktisi bertanya
“bagaimana cara mengatasi penderita yang mengalami takut, kepercayaan diri dll?”.
Beberapa praktisi percaya bahwa dalam psikoterapi terdapat format lima, tujuh,
atau sepuluh langkah untuk mengatasi permasalahan apapun. Sementara banyak
orang yang berpikir bahwa psikologi olahraga berguna atau tersedia hanya bagi
atlet profesional, dari hal itu semakin dipahami bahwa setiap orang pada level
apapun yang serius ingin melakukan perbaikan dapat mengambil manfaat dari
psikologi olahraga. Dan seperti yang kita ketahui, hipnosis adalah hal yang
paling penting untuk mencapai perubahan. Karena dunia ini semakin canggih,
atlet dewasa dan para orang tua atlet anak memahami bahwa konsultasi psikologi
olahraga dapat menjadi bagian penting atau bahkan utama dari keberhasilan
olahraga.
Terkadang,
atlet menghindari psikologi olahraga karena mereka khawatir jika harus
mempraktikkan teknik yang membosankan berulang kali sebelum efek intervensi
terasa. Namun dengan kemunculan intervensi psikologi olahraga Erickson, teknik
tersebut menjadi cukup kuat dan menarik serta efektif sehingga hanya memerlukan
sedikit praktik. Terlebih lagi, praktik tersebut menyenangkan dan menyegarkan,
tidak biasa dan tidak membosankan. Sebagai contoh, atlet dapat diajari
memasukkan dirinya ke kondisi setengah sadar ringan sebelum tidur di malam
hari, sehingga mereka dapat mengkaji kembali perbaikan yang diinginkan dan
membiarkan pikirannya menanamkan perbaikan tersebut ke semua level kejiwaan
selama usahanya malam itu.
Sejumlah
terapis dan atlet takut bahwa perubahan sikap, sudut pandang atau pendekatan
atlet tertentu melalui psikologi olahraga aka terlalu semu dan sementara.
Mereka takut bahwa faktor-faktor psikologi lain yang lebih parah akan terangkat
dan bahwa perubahan yang diperkenalkan dalam konsultasi itu akan terasa terlalu
menjengkelkan dan rapuh sehingga tidak dapat tahan terhadap ujian waktu.
Untungnya pada si atlet maupun bidang psikologi olahraga pada umumnya, yang
berlaku adalah kebalikannya. Selagi segala sesuatunya berubah dalam benak si
atlet, perubahan lain yang menyertainya mulai bertambah. Di samping itu perubahan
semacam itu kian mendalam dan kian memiliki daya pegas dari waktu ke waktu.
F. Terapi yang Serius dan
Membosankan
Kesalahpahaman
akhir dalam bidang ini adalah bahwa usaha intervensi terapis adalah pekerjan
yang serius dan membosankan. Dalam pendekatan tradisional, psikologi olahraga,
boleh jadi hal ini benar, untunglah dalam pendekatan modern tidak demikian
karena dalam intervensi terapis memanfaatkan lelucon dan humor. Erickson lah
orang yang pertama kali mensahkan untuk menggunakan humor sebagai intervensi
terapis.
Dari paparan
di atas, kita dapat melihat pendapat
dari beberapa ahli bahwa kesalahpahaman
dalam psikologi olahraga disebabkan karena banyak masyarakat, atlet, terapis,
dan bahkan psikolog yang masih aktif
menganggap bahwa ada beberapa gagasan mengenai psikologi olahraga yang
belum terbukti dan mereka pun menganggap gagasan tersebut tidak akurat. Kesalahpahaman
tersebut mengakibatkan para ahli mungkin hanya berpegang pada satu teori dimana
bisa jadi teori tersebut tidak sesuai dengan masalah yang dihadapi oleh atlet
profesional, sehingga dapat menyebabkan kesalahan dalam penanganan masalah yang
tentu saja siapa pun pasti tidak meninginkan hal tersebut terjadi. Maka dari
itu sudah jelas bahwa memahami dan mengerti teori yang dibenarkan dalam psikologi
olahraga itu memang sangat penting agar masayarakat, terapis, atlet, psikolog,
maupun pelatih mampu memanfaatkan ilmu psikologi olahraga yang memang
diperuntukkan untuk orang-orang yang berkecimpung dalam dunia olahraga.
Bersamaan
dengan ditulisnya makalah ini saya berharap semoga di masa yang akan datang
kesalahpahaman yang saat ini banyak terdapat dalam benak maupun sudah menjadi mindset dari para atlet, terapis,
psikolog, maupun masyarakat luas perlahan-lahan dapat diperbaiki dan sesegera
mungkin dihilangkan karena pada kenyataannya teori-teori yang terdapat dalam
psikologi olahraga memang sudah dibuktikan dan terbukti akurat dalam menangani
permasalahan yang dihadapi atlet, selain itu jika para psikolog, terapis,
atlet, maupun pelatih mampu memanfaatkan teori-teori ini sesuai dengan ketentuan yang dibenarkan,
tidak menutup kemungkinan bahwa usaha tersebut mampu membantu atlet itu sendiri
dalam mencapai tujuannya atau dengan kata lain dapat mendongkrak prestasi
atlet, walaupun sebetulnya masih banyak faktor lain yang mempengaruhi prestasi
atlet, namun dalam dunia olahraga, psikologi mempunyai peranan yang cukup besar
untuk menghasilkan atlet-atlet yang berprestasi, karena untuk berprestasi
sendiri faktor kepribadian juga sangat menentukan.
Daftar Pustaka:
2. Morris, G.,
November 2002, personal correspondence.
3. Unestahl,
Lars Eric, Edgette, J. and Edgette, J.H., 3-7 December 1986, Sports Hypnosis. The Third International
Congress on Ericksonian pproaches to Hypnosis and Psychoteraphy, Phoenix.
4. Erickson,
Milton H. and Rossi, E.L., 1979. Hypnotherapy:
An Exploratory Casebook, Irvington Publishers Inc, New York.
5. Edgette,
John H, PsyD. and Rowan, Tim, MSW, 2011. Psikologi
Olahraga (Winning The mind Game), Jakarta: PT Indeks
Tidak ada komentar:
Posting Komentar