Selasa, 10 Mei 2016

PSIKOLOGI OLAHRAGA




Psikologi adalah ilmu yang mempelajari hubungan antara jiwa dan inti dari manusia serta dengan beberapa aspek di lingkungannya. perilaku ini ada yang bersumber dari dalam maupun dari luar manusia itu sendiri. Selain psikologi secara umum. Psikologi juga dapat diimplementasikan dalam dunia olahraga, dan para ahli menyebutnya dengan psikologi olahraga. Psikologi olahraga itu sendiri adalah sebuah bidang kajian yang menerapkan prinsip-prinsip psikologi dalam setting olahraga, baik penampilan individual maupun tim, ditandai oleh sejumlah interaksi dengan individu lain dan situasi-situasi eksternal yang menstimulasinya. (Singer, 1980; Sudibyo, 1989).
Walaupun ada ilmu yang mempelajari psikologi dalam dunia olahraga namun para atlet, terapis, dan psikolog yang masih aktif masih merasa terbebani dengan beberapa gagasan psikologi yang tidak akurat, karena gagasan-gagasan tersebut masih merupakan opini yang belum terbukti, hingga akhirnya para atlet, psikolog, dan masyarakat pada umumnya menggunakan gagasan lain yang mereka anggap sesuai dengan permasalahan yang mereka hadapi, walaupun mungkin terkadang anggapan yang mereka anggap benar tersebut tidak selalu benar karena mereka hanya menggunakan asumsi yang hanya benar dimata mereka dan bahkan mereka hanya menggunakan satu teori saja tanpa membandingkan dengan teori lain.
Salah satu kesalahpahaman dalam psikologi olahraga adalah mengenai usaha untuk mengurangi kecemasan. Dan beberapa kesalahpaaman lain adalah sangat penting untuk membayangkan kinerja yang sempurna, psikologi olahraga perlu periode terapi yang panjang, perbaikan melalui terapi melibatkan pengungkapan masalah psikologi yang terpisah namun berkaitan dengan olahraga yang dihadapi, protokol sederhana dapat mengatasi masalah khusus, serta usaha dalam terapi merupakan hal yang sangat membosankan.
Psikologi olahraga sebetulnya sangat penting untuk pengembangan karir para atlet, baik yang masih pemula maupun yang sudah profesional, agar para atlet ini mampu mengembangkan potensi yang ada dalam dirinya secara maksimal tanpa ada hambatan dari aspek kepribadian. Sudah jelas bahwa psikologi mempunyai peranan yang cukup besar dalam meningkatkan prestasi atlet, misalnya seperti psikologi dapat membantu atlet berfikir positif sehingga para atlet mampu memotivasi dirinya sendiri, psikologi juga mampu mengurangi kecemasan sebelum bertanding selain itu psikologi olahraga juga mampu meningkatkan kemampuan atlet untuk mengontrol emosinya. Selain untuk atlet psikologi juga penting untuk memdampingi sang pelatih agar pelatih itu dapat memberikan program yang sesuai dengan kepribadian dan kondisi mental para atlet. Namun sayang sekali saat ini ada beberapa kesalahpahaman mengenai psikologi olahraga yang mungkin itu cukup mempengaruhi para psikolog dan para ahli dalam menentukan pegangan teori yang digunakan. Kesalahpahaman itu antara lain, yaitu:
A.    Mengurangi Kecemasan
Kesalahpahaman ini paling menonjol diantara lainnya yaitu tentang psikologi olahraga hipnosis dan psikologi olahraga pada umumnya, ini mengenai upaya untuk mengurangi kecemasan. Namun, para atlet tidak ingin atau tidak perlu mengalami relaksasi yang dalam sebelum atau selama kinerja atletik mereka. Kebanyakan atlet menghargai pengalaman saat mereka bersemangat, siap mental, dan siap untuk bertanding. Bahkan terlalu sering, penekanan berlebihan pada relaksasi justru menyebabkan atlet keletihan. Banyak, bahkan sebagian besar, atlet lebih tertarik untuk belajar menyalurkan dan mengatasi kecemasan atau lebih baik lagi mencapai prestasi yang lebih baik walaupun kondisinya seperti itu.
B.     Bayangan Akan Kinerja yang Sempurna
Kesalahpahaman kedua yang menonjol tentang hipnosis dibidang psikologi olahraga adalah bahwa sangat penting untuk membayangkan kinerja yang sempurna. Walaupun strategi ini bermanfaat bagi beberapa atlet, dalam beberapa situasi, terlalu mengandalkan metode tunggal ini berarti menggadaikan keseluruhan upaya psikologi olahraga hypnosis, selain itu, bayangan akan kinerja yang sempurnaini kebanyakan dicapai melalui teknik relaksasi, latihan pernafasan, dan visualisasi. Metode-metode ini mencakup “hypnosis lite” sedangkan induksi hypnosis memungkinkan pengalaman yang lebih menyerupai realitas sesungguhnya. Lagipula, kebanyakan atlet memetik manfaat bukan pada saat membayangkan skenario terbaik, namun dengan merasakan kondisi mental atau proses atau strategi, yang memungkinkan mereka mengatasi hambatan pribadi dan tim yang muncul setiap waktu.
C.    Periode Terapi Panjang
Kesalahpahaman selanjutnya adalah bahwa psikologi olahraga perlu periode terapi yang panjang. Kemungkinan hal ini ditentang oleh praktisi psikoanalitis dan psikodinamis pada awalnya. Terapis psikoanalisa berorientasi bahwa setiap masalah, baik berukuran kecil, menengah, maupun besar, menuntut periode terapi yang panjang. Sekarang ini, dengan adanya pemahaman psikoterapi dari Erickson, masalah-masalah kecil dan besar dapat diperbaiki dlam waktu yang relatif singkat. Dalam sejumlah kasus, atlet yang memiliki motivasi dengan sumber psikologis yang beralasan, terapi dapat dilakukan dalam sesi tuggal, terutama jika terapis cukup cerdik dan langsung menuju ke dalam persoalan melalui intervensinya.
D.    Keterlibatan Pengungkapan Masalah Psikologis
Kesalahpahaman berikutnya adalah bahwa perbaikan melalui terapi melibatkan pengungkapan masalah psikologis terdalam yang terpisah, namun jelas berkaitan dengan masalah kinerja atau olahraga yang sedang dihadapi. Pada kenyataannya, kasus seperti ini jarang terjadi. Masalah olahraga dapat dan sering berkaitan dengan banyak faktor lain, termasuk pelatihan yang buruk, pengalaman trauma yang berkaitan dengan olahraga, kebiasaan yang menguasai, dan kurangnya peluang untuk mendekatkan diri sendiri dan olahraga yang digelutinya pada kerangka atau pendirian mental yang optimal. Untungnya, semua faktor ini dapat diatasi dengan terapi hipnosis singkat Erickson.
E.     Protokol Standar dapat Mengatasi Berbagai Masalah
Kemudian kesalahpahaman lain adalah bahwa protokol standar dapat mengatasi masalah khusus, siapapun penderitanya. Hal ini membuat para praktisi bertanya “bagaimana cara mengatasi penderita yang mengalami takut, kepercayaan diri dll?”. Beberapa praktisi percaya bahwa dalam psikoterapi terdapat format lima, tujuh, atau sepuluh langkah untuk mengatasi permasalahan apapun. Sementara banyak orang yang berpikir bahwa psikologi olahraga berguna atau tersedia hanya bagi atlet profesional, dari hal itu semakin dipahami bahwa setiap orang pada level apapun yang serius ingin melakukan perbaikan dapat mengambil manfaat dari psikologi olahraga. Dan seperti yang kita ketahui, hipnosis adalah hal yang paling penting untuk mencapai perubahan. Karena dunia ini semakin canggih, atlet dewasa dan para orang tua atlet anak memahami bahwa konsultasi psikologi olahraga dapat menjadi bagian penting atau bahkan utama dari keberhasilan olahraga.
Terkadang, atlet menghindari psikologi olahraga karena mereka khawatir jika harus mempraktikkan teknik yang membosankan berulang kali sebelum efek intervensi terasa. Namun dengan kemunculan intervensi psikologi olahraga Erickson, teknik tersebut menjadi cukup kuat dan menarik serta efektif sehingga hanya memerlukan sedikit praktik. Terlebih lagi, praktik tersebut menyenangkan dan menyegarkan, tidak biasa dan tidak membosankan. Sebagai contoh, atlet dapat diajari memasukkan dirinya ke kondisi setengah sadar ringan sebelum tidur di malam hari, sehingga mereka dapat mengkaji kembali perbaikan yang diinginkan dan membiarkan pikirannya menanamkan perbaikan tersebut ke semua level kejiwaan selama usahanya malam itu.
Sejumlah terapis dan atlet takut bahwa perubahan sikap, sudut pandang atau pendekatan atlet tertentu melalui psikologi olahraga aka terlalu semu dan sementara. Mereka takut bahwa faktor-faktor psikologi lain yang lebih parah akan terangkat dan bahwa perubahan yang diperkenalkan dalam konsultasi itu akan terasa terlalu menjengkelkan dan rapuh sehingga tidak dapat tahan terhadap ujian waktu. Untungnya pada si atlet maupun bidang psikologi olahraga pada umumnya, yang berlaku adalah kebalikannya. Selagi segala sesuatunya berubah dalam benak si atlet, perubahan lain yang menyertainya mulai bertambah. Di samping itu perubahan semacam itu kian mendalam dan kian memiliki daya pegas dari waktu ke waktu.
F.     Terapi yang Serius dan Membosankan
Kesalahpahaman akhir dalam bidang ini adalah bahwa usaha intervensi terapis adalah pekerjan yang serius dan membosankan. Dalam pendekatan tradisional, psikologi olahraga, boleh jadi hal ini benar, untunglah dalam pendekatan modern tidak demikian karena dalam intervensi terapis memanfaatkan lelucon dan humor. Erickson lah orang yang pertama kali mensahkan untuk menggunakan humor sebagai intervensi terapis.
Dari paparan di atas, kita dapat melihat  pendapat dari beberapa ahli  bahwa kesalahpahaman dalam psikologi olahraga disebabkan karena banyak masyarakat, atlet, terapis, dan bahkan psikolog yang masih aktif  menganggap bahwa ada beberapa gagasan mengenai psikologi olahraga yang belum terbukti dan mereka pun menganggap gagasan tersebut tidak akurat. Kesalahpahaman tersebut mengakibatkan para ahli mungkin hanya berpegang pada satu teori dimana bisa jadi teori tersebut tidak sesuai dengan masalah yang dihadapi oleh atlet profesional, sehingga dapat menyebabkan kesalahan dalam penanganan masalah yang tentu saja siapa pun pasti tidak meninginkan hal tersebut terjadi. Maka dari itu sudah jelas bahwa memahami dan mengerti teori yang dibenarkan dalam psikologi olahraga itu memang sangat penting agar masayarakat, terapis, atlet, psikolog, maupun pelatih mampu memanfaatkan ilmu psikologi olahraga yang memang diperuntukkan untuk orang-orang yang berkecimpung dalam dunia olahraga.
Bersamaan dengan ditulisnya makalah ini saya berharap semoga di masa yang akan datang kesalahpahaman yang saat ini banyak terdapat dalam benak maupun sudah menjadi mindset dari para atlet, terapis, psikolog, maupun masyarakat luas perlahan-lahan dapat diperbaiki dan sesegera mungkin dihilangkan karena pada kenyataannya teori-teori yang terdapat dalam psikologi olahraga memang sudah dibuktikan dan terbukti akurat dalam menangani permasalahan yang dihadapi atlet, selain itu jika para psikolog, terapis, atlet, maupun pelatih mampu memanfaatkan teori-teori  ini sesuai dengan ketentuan yang dibenarkan, tidak menutup kemungkinan bahwa usaha tersebut mampu membantu atlet itu sendiri dalam mencapai tujuannya atau dengan kata lain dapat mendongkrak prestasi atlet, walaupun sebetulnya masih banyak faktor lain yang mempengaruhi prestasi atlet, namun dalam dunia olahraga, psikologi mempunyai peranan yang cukup besar untuk menghasilkan atlet-atlet yang berprestasi, karena untuk berprestasi sendiri faktor kepribadian juga sangat menentukan.

Daftar Pustaka:
2.      Morris, G., November 2002, personal correspondence.
3.      Unestahl, Lars Eric, Edgette, J. and Edgette, J.H., 3-7 December 1986, Sports Hypnosis. The Third International Congress on Ericksonian pproaches to Hypnosis and Psychoteraphy, Phoenix.
4.      Erickson, Milton H. and Rossi, E.L., 1979. Hypnotherapy: An Exploratory Casebook, Irvington Publishers Inc, New York.
5.      Edgette, John H, PsyD. and Rowan, Tim, MSW, 2011. Psikologi Olahraga (Winning The mind Game), Jakarta: PT Indeks



Tidak ada komentar:

Posting Komentar