Selasa, 10 Mei 2016

About Permainan



Permainan adalah cara bermain dengan mengikuti aturan-aturan tertentu yang dapat dilakukan secara individu maupun berkelompok guna mencapai tujuan tertentu. Alat permainan adalah semua alat bermain yang dapat digunakan oleh peserta didik untuk memenuhi naluri bermainnya dan memiliki barbagai macam sifat, seperti bongkar pasang, mengelompokkan, memadukan, mencari padanannya, merangkai, membentuk, atau menyusun sesuai dengan bentuk aslinya.
Permainan digunakan untuk penciptaan suasana belajar dari pasif ke aktif, dari kaku menjadi gerak (akrab), dan dari jenuh menjadi riang (segar). Metode ini diarahkan agar tujuan belajar dapat dicapai secara efisien dan efektif dalam suasana gembira meskipun membahas hal-hal yang sulit atau berat.
Sebaiknya permainan digunakan sebagai bagian dari proses belajar, bukan hanya untuk mengisi waktu kosong atau sekedar permainan. Permainan sebaiknya dirancang menjadi suatu ‘aksi’ atau kejadian yang dialami sendiri oleh peserta, kemudian ditarik dalam proses refleksi untuk menjadi hikmah yang mendalam (prinsip, nilai, atau pelajaran-pelajaran). Wilayah perubahan yang dipengaruhi adalah ranah sikap-nilai.
Freeman dan Munandar (2000: 265-266) menyatakan ada beberapa jenis permainan yaitu eksploratif, konstruktif, destruktif dan kreatif. Berikut adalah penjelasan dari jenis-jenis permainan, yaitu:
1)      Bemain eksploratif 
Bermain eksploratif meliputi eksplorasi diri dan juga eksplorasi lingkungan atau dunia seseorang. Proses mengeksplorasi badan, pikiran, dan perasaan, melalui gerakan, penglihatan, pendengaran, dan perabaan, anak mengenal dunianya. Dunia anak mencangkup diri sendiri,ruangan, serta benda-benda di sekelilingnya.
2)      Bermain konstruktif 
Bermain konstruktif dapat mengikuti proses eksplorasi material. Anak terlibat membentuk dan menggabungkan objek-objek. Ia bereksperimen dengan balok-balok kayu dari berbagai bentuk dan ukuran, dan dengan bahan-bahan lain, seperti tongkat, batu, biji-biji, tanah liat, dan pasir. Dengan menumpuk, memasang, mencocokan, mencari keseimbangan antara bagian-bagian, anak membuat rumah, menara, benteng, dan sebagainya.
3)      Bermain destruktif 
Anak berekperimen dengan benda-benda yang diperlakukan secara deskrutif, yaitu melempar, memecahkan, menendang, menyobek-nyobek, atau membanting sesuatu. Suara dari sesuatu yang runtuh, roboh, jatuh, pecah, dan sebagainya memberikan pengalaman yang menyenangkan bagi anak. ia akan menyusun suatu menara dan merobohkannya kembali. Ia dapat merusak sesuatu karena ia ingin tahu bagaiman sesuatu bekerja.
4)      Bermain kreatif 
Bermain kreatif dapat mengikuti tahap eksperimen dengan material untuk membuat benda-benda. Dalam bermain kreatif, anak anak menggunakan imajinasinya, pikiranya, dan pertimbanganya untuk menciptakan sesuatu, atau membuat kombinasi-kombinasi baru daru komponen-komponen alat permainan atau menggunakan bahan-bahan tidak terpakai lagi (daur ulang). Dengan material yang tersedia, ia menggambar, melukis, membuat pola-pola sebagai ungkapan perasaanya. Apa yang diciptakan seorang anak mungkin tidak jelas bagi orang dewasa, hanya anak dapat menyelasaikan sendiri. Selain jenis permainan diatas terdapat jenis permainan anak yang diteliti secara lebih luas. Bergin dalam Santrok (2002: 274-275) menyebutkan diantara jenis-jenis permainan anak yang diteliti secara lebih luas adalah permainan sensorimotor/praktis, permainan pura-pura/simbolis, permainan sosial, permainan konstruktif, dan games.
Menurut Hurlock (2010: 327) ada beberapa faktor yang mempengaruhi permainan pada anak, yaitu kesehatan, perkembangan motorik, intelegensi, jenis kelamin, lingkungan, status sosio-ekonomi, jumlah waktu bebas, dan peralatan bermain. Berikut adalah penjelasan dari masing-masing faktor tersebut :
a)      Kesehatan
Semakin sehat anak, semakin banyak energinya untuk bermain aktif, seperti permainan dan olahraga. Anak yang kekurangantenaga lebih menyukai hiburan.
b)      Perkembangan motorik
Permainan anak pada setiap usia melibatkan koordinasi motorik. Apa saja yang akan dilakukan dan waktu bermainnya bergantung pada perkembangan motorik mereka. Pengendalian motorik yang baik memungkinkan anak terlibat dalam permainan aktif.
c)      Intelegensi 
Pada setiap usia, anak yang pandai lebih aktif ketimbang yang kurang pandai, dan permainan mereka lebih menunjukan kecerdikan. Dengan bertambahnya usia, mereka lebih menunjukan perhatian dalam permainan kecerdasan, dramatic,konstruksi, dan membaca. Anak yang pandai menunjukan keseimbangan perhatian bermain yang lebih besar, termasuk upaya menyeimbangkan factor fisik dan intelektual yang nyata.
d)     Jenis kelamin
Anak lelaki bermain lebih kasar ketimbang anak perempuan dan lebih menyukai permainan dan olahraga ketimbang berbagai jenis permainan lain. Pada awal massa kanak-kanak, anak laki-laki menunjukan perhatian kepada berbagai jenis permainan yang lebih banyak ketimbang anak perempuan tetapi sebaliknya terjadi pada akhir masa kanak-kanak.
e)      Lingkungan
Anak dari lingkungan yang buruk kurang bermain ketimbang anak lainya karena kesehatanya yang buruk, kurang waktu, peralatan, dan ruang. Anak yang berasal dari lingkungan desa kurang bermain ketimbnag mereka yang berasal dari lingkungan kota. Hal ini karena kurangnya teman bermain dan kurangnya peralatan serta waktu bebas.
f)       Status sosio-ekonomi
Anak dari kelompok sosio-ekonomi lebih tinggi lebih menyukai kegiatan yang mahal, seperti lomba atletik, bermain sepatu roda, sedangkan mereka dari kalangan bawah terlihat dalam kegiatan yang tidak mahal seperti bermain bola dan berenang. Kelas sosial mempengaruhi buku yang dibaca dan film yang ditonton anak, jenis kelompok rekreasi yang dimilikinya dan supervesi terhadap mereka.
g)      Jumlah waktu bebas
Jumlah waktu bermain terutama bergantung pada status ekonomi keluarga. Apabila tugas rumah tangga atau pekerjaan menghabiskan waktu luang mereka, anak terlalu lelah untuk melakukan kegiatan yang membutuhkan kegiatan besar.
h)      Peralatan bermain
Peralatan bermain yang dimiliki anak mempengaruhi permainanya, missalnya, dominasi boneka dan binatang buatan mendukung permainan pura-pura, banyaknya balok, kayu, cat air, dan lilin mendukung permainan yang sifatnya konstruktif.
Pengaruh yang Ditimbulkan dari Bermain 
Menurut Hurlock (2010: 323) aktivitas bermain memiliki pengaruh yang besar terhadap hal-hal berikut :
1)      Perkembangan fisik 
Bermain aktif penting bagi anak untuk mengembangnkan otot dan melatih seluruh bagian tubuhnya. Bermain juga berfungsi sebagai penyalur tenaga yang berlebihan, yang apabila dipendam akan membuat anak tegang, gelisah ddan mudah tersinggung. Dengan bermain lompat tali dapat merangsang pertumbuhan anak sehingga anak tumbuh tinggi, berlari, melompat, juga dapat merangsang pertumbuhan fisik anak.
2)      Dorongan berkomunikasi
Agar dapat bermain dengan baik bersama anak lain, anak harus belajar komunikasi, dalam arti mereka dapat mengerti dan sebaliknya, mereka harus belajar mengerti apa yang dikomunikasikan anak lain.
3)      Penyaluran bagi energi emosional yang terpendam.
Bermain merupakan sarana bagi anak untuk menyalurkan ketegangan yang disebabakan oleh pembatasan lingkungan terhadap perilaku mereka. Karena dengan bermain bersama teman-teman anak dapat lebih rileks disbanding ia harus selalu dirumah dengan situasi rumah yang sama setiap harinya. Melalui bermain energi anak taersalurka sehingga ia dapat tumbuh sehat dan emosi anak dapat tersalur karena dengan bermain anak dapar tertawa dan berteriak untuk melepaskan emosi.
4)      Penyalur bagi kebutuhan dan keinginan.
Kebutuhan dan keinginan yang tidak dapat terpenuhi dengan cara lain seringkali dapat dipenuhi dengan bermain. Anak yang tidak dapat mencapai peran “pemimpin” dalam kehidupan nyata mungkin akan memperoleh pemenuhan keinginan itu dengan menjadi peran “pemimpin” disebuah permainan, seperti menjadi kapten.
5)      Sumber belajar
Bermain member kesempatan untuk mempelajari berbagai hal melalui buku, televise, atau menjelajah lingkungan yang tidak diperoleh anak dari belajar di rumah atau di sekolah. Dari bermian tersebut anak dapat belajar banyak hal seperti kejujuran, tata tertib yang harus selalu ia taati, belajar kerja sama. Selain itu dari beberapa jenis permaianan anak juga dapat belajar melakukan sesuatu sesuai dengan tujuan dari permainan. Sebagi contoh permainan bisik berantai dilakukan dengan tujuan anak belajar mendengar efektif dan meyampaikan sesuatu sesuai dengan yang ia dengar.
6)      Rangsangan bagi kreativitas.
Melalui eksperimentasi (percobaan) dalam bermain, anak-anak menemukan bahwa merancang sesuatu yang baru, dan berbeda dapat menimbulkan kepuasan. Selanjutnya mereka dapat mengalihkan minat kreatifitasnya ke situasi diluar dunia bermain. Saat anak bermain dan mencoba sesuatu yang ia pikir sebuah permainan namun hasilnya berhasil dan dapat digunakan untuk hal lain yang berhubungan dengan belajarnya atu hal lain dan dari kreativitas yang diawali dari bermain itu anak selalu tertangtang untuk melakukan eksperimentasi sehingga kreativitas dan kemampuannya semakin berkembang.
7)      Perkembangan wawasan diri.
Dengan bermain bersama anak lain, mengetahui tingkat kemampuannya di bandingkan teman bermainnya. Ini memungkinkan mereka untuk megembangkan konsep dirinya (self concept) dengan lebih pasti dan nyata. Ketika ia ikut bermain dan ia kalah ia dapat belajar dari situ diman kekurangnya disbanding temannya dan dilain waktu ia akan berusaha untuk jadi lebih baik lagi sehingga ia lebih unggul disbanding teman mainya yang lain. 
8)      Belajar bermasyarakat atau bersosialisasi.
Dengan bermain dengan bersam anak lain, mereka belajar bagaimana membentuk hubungan sosial, bagaimana menghadapi, dan memecahkan masalah yang timbul dalam hubungan tersebut.dengan bermain anak terbiasa menghadapi bermacam-macam watak orang, berkomunikasi, mengenal dan memahami teman-temannya.
9)      Standart moral.
Walau anak belajar dirumah dan disekolah tentang apa saja yang dianggap baik dan buruk oleh kelompok, tidak ada pemaksaan standart moral paling teguh selain dalam kelompok bermain. Karena dalam bermain selalu da peraturan yang pasti harus diikuti oleh anak dan dari situ anak belajar tentang moral megenai kepatuhan, kejujuran, kesetia kawanan, dll.
10)  Belajar bermain sesuai denagn peran jenis kelamin
Anak belajar dan disekolah mengenai apa saja peran jenis kelamin yang disetujui. Akan tetapi, mereka segera menyadari bahwa mereka juga harus menerimanya bila ingin menjadi anggota kelomok. Segai contohnya dalah ketika bermain bola seorang perempuan masuk kedalam kelompok sudah jelas anak laki-laki lain pasti akan menolaknya.
11)  Perkembangan ciri kepribadian yang diinginkan.
Dari hubungan dengan anggota kelompok teman sebaya dalam bermain, anak belajar bekerjasama, murah hati, jujur, sportif, dan disukai orang lain. Keperibadian-kepribadian tersebut yang diharapkan dapa didapatkan anak dari kegiatan bermain bersam teman sebayanya. Dari beberapa penjelasan diatas dapat kita lihat pengaruh dari kegiatan bermain yang dilakukan anak, dari permainan anak dapat belajar banyak hal yang tidak dengan ia mudah dapatkan di kegiatan lain. Karena dengan permianan tersebut anak belajar banyak dan tanpa mereka sadari banyak hal-hal ia mereka pegang teguh dari kegiatan permainan. Sebagai contohnya adalah dengan mereka bermain anak anak belajar dan menerapkan kedisiplinan tanpa mereka sadari karena mereka belajar mematuhi aturan dari permaian. Anak juga belajar berkomunikasi dengan teman sebaya dalam permainan. Sebagai contoh adalah dalam permainan dimana anak harus menata sebuah poster yang sudah digunting seperti puzzle disitu anak belajar untuk berkomunikasi bersama satu sama lain agar gambar bisa menjadi satu gambar utuh. 
 sumber belajar: 
http://pengertian-pengertian-info.blogspot.co.id/2015/05/pengertian-permainan-menurut-ahli.html


Tidak ada komentar:

Posting Komentar