Permainan
adalah cara bermain dengan mengikuti aturan-aturan tertentu yang dapat
dilakukan secara individu maupun berkelompok guna mencapai tujuan tertentu.
Alat permainan adalah semua alat bermain yang dapat digunakan oleh peserta
didik untuk memenuhi naluri bermainnya dan memiliki barbagai macam sifat,
seperti bongkar pasang, mengelompokkan, memadukan, mencari padanannya,
merangkai, membentuk, atau menyusun sesuai dengan bentuk aslinya.
Permainan digunakan untuk penciptaan suasana belajar dari
pasif ke aktif, dari kaku menjadi gerak (akrab), dan dari jenuh menjadi riang
(segar). Metode ini diarahkan agar tujuan belajar dapat dicapai secara efisien
dan efektif dalam suasana gembira meskipun membahas hal-hal yang sulit atau
berat.
Sebaiknya permainan digunakan sebagai bagian dari proses
belajar, bukan hanya untuk mengisi waktu kosong atau sekedar permainan.
Permainan sebaiknya dirancang menjadi suatu ‘aksi’ atau kejadian yang dialami
sendiri oleh peserta, kemudian ditarik dalam proses refleksi untuk menjadi
hikmah yang mendalam (prinsip, nilai, atau pelajaran-pelajaran). Wilayah
perubahan yang dipengaruhi adalah ranah sikap-nilai.
Freeman
dan Munandar (2000: 265-266) menyatakan ada beberapa jenis permainan yaitu
eksploratif, konstruktif, destruktif dan kreatif. Berikut adalah penjelasan
dari jenis-jenis permainan, yaitu:
1)
Bemain
eksploratif
Bermain eksploratif meliputi
eksplorasi diri dan juga eksplorasi lingkungan atau dunia seseorang. Proses
mengeksplorasi badan, pikiran, dan perasaan, melalui gerakan, penglihatan,
pendengaran, dan perabaan, anak mengenal dunianya. Dunia anak mencangkup diri
sendiri,ruangan, serta benda-benda di sekelilingnya.
2)
Bermain
konstruktif
Bermain konstruktif dapat mengikuti
proses eksplorasi material. Anak terlibat membentuk dan menggabungkan
objek-objek. Ia bereksperimen dengan balok-balok kayu dari berbagai bentuk dan
ukuran, dan dengan bahan-bahan lain, seperti tongkat, batu, biji-biji, tanah
liat, dan pasir. Dengan menumpuk, memasang, mencocokan, mencari keseimbangan antara
bagian-bagian, anak membuat rumah, menara, benteng, dan sebagainya.
3)
Bermain
destruktif
Anak berekperimen dengan benda-benda
yang diperlakukan secara deskrutif, yaitu melempar, memecahkan, menendang,
menyobek-nyobek, atau membanting sesuatu. Suara dari sesuatu yang runtuh,
roboh, jatuh, pecah, dan sebagainya memberikan pengalaman yang menyenangkan
bagi anak. ia akan menyusun suatu menara dan merobohkannya kembali. Ia dapat
merusak sesuatu karena ia ingin tahu bagaiman sesuatu bekerja.
4)
Bermain
kreatif
Bermain kreatif dapat mengikuti
tahap eksperimen dengan material untuk membuat benda-benda. Dalam bermain
kreatif, anak anak menggunakan imajinasinya, pikiranya, dan pertimbanganya
untuk menciptakan sesuatu, atau membuat kombinasi-kombinasi baru daru komponen-komponen
alat permainan atau menggunakan bahan-bahan tidak terpakai lagi (daur ulang).
Dengan material yang tersedia, ia menggambar, melukis, membuat pola-pola
sebagai ungkapan perasaanya. Apa yang diciptakan seorang anak mungkin tidak
jelas bagi orang dewasa, hanya anak dapat menyelasaikan sendiri. Selain jenis
permainan diatas terdapat jenis permainan anak yang diteliti secara lebih luas.
Bergin dalam Santrok (2002: 274-275) menyebutkan diantara jenis-jenis permainan
anak yang diteliti secara lebih luas adalah permainan sensorimotor/praktis,
permainan pura-pura/simbolis, permainan sosial, permainan konstruktif, dan
games.
Menurut Hurlock (2010: 327) ada
beberapa faktor yang mempengaruhi permainan pada anak, yaitu kesehatan,
perkembangan motorik, intelegensi, jenis kelamin, lingkungan, status
sosio-ekonomi, jumlah waktu bebas, dan peralatan bermain. Berikut adalah
penjelasan dari masing-masing faktor tersebut :
a) Kesehatan
Semakin
sehat anak, semakin banyak energinya untuk bermain aktif, seperti permainan dan
olahraga. Anak yang kekurangantenaga lebih menyukai hiburan.
b) Perkembangan motorik
Permainan
anak pada setiap usia melibatkan koordinasi motorik. Apa saja yang akan
dilakukan dan waktu bermainnya bergantung pada perkembangan motorik mereka.
Pengendalian motorik yang baik memungkinkan anak terlibat dalam permainan
aktif.
c) Intelegensi
Pada
setiap usia, anak yang pandai lebih aktif ketimbang yang kurang pandai, dan
permainan mereka lebih menunjukan kecerdikan. Dengan bertambahnya usia, mereka
lebih menunjukan perhatian dalam permainan kecerdasan, dramatic,konstruksi, dan
membaca. Anak yang pandai menunjukan keseimbangan perhatian bermain yang lebih
besar, termasuk upaya menyeimbangkan factor fisik dan intelektual yang nyata.
d) Jenis kelamin
Anak
lelaki bermain lebih kasar ketimbang anak perempuan dan lebih menyukai
permainan dan olahraga ketimbang berbagai jenis permainan lain. Pada awal massa
kanak-kanak, anak laki-laki menunjukan perhatian kepada berbagai jenis
permainan yang lebih banyak ketimbang anak perempuan tetapi sebaliknya terjadi
pada akhir masa kanak-kanak.
e) Lingkungan
Anak
dari lingkungan yang buruk kurang bermain ketimbang anak lainya karena
kesehatanya yang buruk, kurang waktu, peralatan, dan ruang. Anak yang berasal
dari lingkungan desa kurang bermain ketimbnag mereka yang berasal dari
lingkungan kota. Hal ini karena kurangnya teman bermain dan kurangnya peralatan
serta waktu bebas.
f) Status sosio-ekonomi
Anak
dari kelompok sosio-ekonomi lebih tinggi lebih menyukai kegiatan yang mahal,
seperti lomba atletik, bermain sepatu roda, sedangkan mereka dari kalangan
bawah terlihat dalam kegiatan yang tidak mahal seperti bermain bola dan
berenang. Kelas sosial mempengaruhi buku yang dibaca dan film yang ditonton
anak, jenis kelompok rekreasi yang dimilikinya dan supervesi terhadap mereka.
g) Jumlah waktu bebas
Jumlah
waktu bermain terutama bergantung pada status ekonomi keluarga. Apabila tugas
rumah tangga atau pekerjaan menghabiskan waktu luang mereka, anak terlalu lelah
untuk melakukan kegiatan yang membutuhkan kegiatan besar.
h) Peralatan bermain
Peralatan
bermain yang dimiliki anak mempengaruhi permainanya, missalnya, dominasi boneka
dan binatang buatan mendukung permainan pura-pura, banyaknya balok, kayu, cat
air, dan lilin mendukung permainan yang sifatnya konstruktif.
Pengaruh
yang Ditimbulkan dari Bermain
Menurut
Hurlock (2010: 323) aktivitas bermain memiliki pengaruh yang besar terhadap
hal-hal berikut :
1) Perkembangan fisik
Bermain aktif penting bagi anak
untuk mengembangnkan otot dan melatih seluruh bagian tubuhnya. Bermain juga
berfungsi sebagai penyalur tenaga yang berlebihan, yang apabila dipendam akan
membuat anak tegang, gelisah ddan mudah tersinggung. Dengan bermain lompat tali
dapat merangsang pertumbuhan anak sehingga anak tumbuh tinggi, berlari, melompat,
juga dapat merangsang pertumbuhan fisik anak.
2) Dorongan berkomunikasi
Agar dapat bermain dengan baik
bersama anak lain, anak harus belajar komunikasi, dalam arti mereka dapat
mengerti dan sebaliknya, mereka harus belajar mengerti apa yang dikomunikasikan
anak lain.
3) Penyaluran bagi energi emosional
yang terpendam.
Bermain merupakan sarana bagi anak
untuk menyalurkan ketegangan yang disebabakan oleh pembatasan lingkungan
terhadap perilaku mereka. Karena dengan bermain bersama teman-teman anak dapat
lebih rileks disbanding ia harus selalu dirumah dengan situasi rumah yang sama
setiap harinya. Melalui bermain energi anak taersalurka sehingga ia dapat
tumbuh sehat dan emosi anak dapat tersalur karena dengan bermain anak dapar
tertawa dan berteriak untuk melepaskan emosi.
4) Penyalur bagi kebutuhan dan
keinginan.
Kebutuhan dan keinginan yang tidak
dapat terpenuhi dengan cara lain seringkali dapat dipenuhi dengan bermain. Anak
yang tidak dapat mencapai peran “pemimpin” dalam kehidupan nyata mungkin akan
memperoleh pemenuhan keinginan itu dengan menjadi peran “pemimpin” disebuah permainan,
seperti menjadi kapten.
5) Sumber belajar
Bermain member kesempatan untuk
mempelajari berbagai hal melalui buku, televise, atau menjelajah lingkungan
yang tidak diperoleh anak dari belajar di rumah atau di sekolah. Dari bermian
tersebut anak dapat belajar banyak hal seperti kejujuran, tata tertib yang
harus selalu ia taati, belajar kerja sama. Selain itu dari beberapa jenis
permaianan anak juga dapat belajar melakukan sesuatu sesuai dengan tujuan dari
permainan. Sebagi contoh permainan bisik berantai dilakukan dengan tujuan anak
belajar mendengar efektif dan meyampaikan sesuatu sesuai dengan yang ia dengar.
6) Rangsangan bagi kreativitas.
Melalui eksperimentasi (percobaan) dalam
bermain, anak-anak menemukan bahwa merancang sesuatu yang baru, dan berbeda
dapat menimbulkan kepuasan. Selanjutnya mereka dapat mengalihkan minat
kreatifitasnya ke situasi diluar dunia bermain. Saat anak bermain dan mencoba
sesuatu yang ia pikir sebuah permainan namun hasilnya berhasil dan dapat
digunakan untuk hal lain yang berhubungan dengan belajarnya atu hal lain dan
dari kreativitas yang diawali dari bermain itu anak selalu tertangtang untuk
melakukan eksperimentasi sehingga kreativitas dan kemampuannya semakin
berkembang.
7) Perkembangan wawasan diri.
Dengan bermain bersama anak lain,
mengetahui tingkat kemampuannya di bandingkan teman bermainnya. Ini
memungkinkan mereka untuk megembangkan konsep dirinya (self concept) dengan
lebih pasti dan nyata. Ketika ia ikut bermain dan ia kalah ia dapat belajar
dari situ diman kekurangnya disbanding temannya dan dilain waktu ia akan
berusaha untuk jadi lebih baik lagi sehingga ia lebih unggul disbanding teman
mainya yang lain.
8) Belajar bermasyarakat atau bersosialisasi.
Dengan bermain dengan bersam anak
lain, mereka belajar bagaimana membentuk hubungan sosial, bagaimana menghadapi,
dan memecahkan masalah yang timbul dalam hubungan tersebut.dengan bermain anak
terbiasa menghadapi bermacam-macam watak orang, berkomunikasi, mengenal dan
memahami teman-temannya.
9) Standart moral.
Walau anak belajar dirumah dan
disekolah tentang apa saja yang dianggap baik dan buruk oleh kelompok, tidak
ada pemaksaan standart moral paling teguh selain dalam kelompok bermain. Karena
dalam bermain selalu da peraturan yang pasti harus diikuti oleh anak dan dari
situ anak belajar tentang moral megenai kepatuhan, kejujuran, kesetia kawanan,
dll.
10) Belajar bermain sesuai denagn peran
jenis kelamin
Anak belajar dan disekolah mengenai
apa saja peran jenis kelamin yang disetujui. Akan tetapi, mereka segera menyadari
bahwa mereka juga harus menerimanya bila ingin menjadi anggota kelomok. Segai
contohnya dalah ketika bermain bola seorang perempuan masuk kedalam kelompok
sudah jelas anak laki-laki lain pasti akan menolaknya.
11) Perkembangan ciri kepribadian yang
diinginkan.
Dari hubungan dengan anggota kelompok teman sebaya dalam
bermain, anak belajar bekerjasama, murah hati, jujur, sportif, dan disukai
orang lain. Keperibadian-kepribadian tersebut yang diharapkan dapa didapatkan
anak dari kegiatan bermain bersam teman sebayanya. Dari beberapa penjelasan
diatas dapat kita lihat pengaruh dari kegiatan bermain yang dilakukan anak,
dari permainan anak dapat belajar banyak hal yang tidak dengan ia mudah dapatkan
di kegiatan lain. Karena dengan permianan tersebut anak belajar banyak dan
tanpa mereka sadari banyak hal-hal ia mereka pegang teguh dari kegiatan
permainan. Sebagai contohnya adalah dengan mereka bermain anak anak belajar dan
menerapkan kedisiplinan tanpa mereka sadari karena mereka belajar mematuhi
aturan dari permaian. Anak juga belajar berkomunikasi dengan teman sebaya dalam
permainan. Sebagai contoh adalah dalam permainan dimana anak harus menata
sebuah poster yang sudah digunting seperti puzzle disitu anak belajar untuk
berkomunikasi bersama satu sama lain agar gambar bisa menjadi satu gambar
utuh.
sumber belajar:
http://pengertian-pengertian-info.blogspot.co.id/2015/05/pengertian-permainan-menurut-ahli.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar